papanoyt:: ayo pilih content yang ada di bawah ini di jamin gak nyesel..

Minggu, 10 April 2011

Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Operasi Hitung Menjumlahkan Satuan Melalui Media Gambar Kelas 1


1.       Pembelajaran Bidang Studi Matematika di Sekolah Dasar
Pada pendidikan di sekolah dasar, proses pembelajaran mempunyai fungsi dan pengaruh yang sangat besar dalam membangun konstruksi kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Semua kegiatan pembelajaran di jenjang pendidikan sekolah dasar hendaknya dikelola dengan baik, berdaya guna, dan berhasil guna dengan bimbingan yang cermat, pendekatan yang tepat, dan pemahaman yang memadai kondisi psikologis siswa di sekolah dasar, yang memang pada dasarnya memerlukan perhatian dan wawasan yang cukup.
Pada pendidikan dasar enam tahun di sekolah dasar secara prinsipil menempatkan banyak elemen yang dipertaruhkan, karena pada jenjang ini merupakan jenjang jenjang peletakan pondasi dasar dalam proses pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Pondasi yang kokoh akan membuat proses pembelajaran di jenjang selanjutnya relatif lebih ringan karena tinggal melanjutkan dan meneruskan proses pembelajaran yang telah ada. Seringkali para guru di jenjang pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan di sekolah dasar; seperti di tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) bahkan di perguruan tinggi mengeluh, karena siswanya lemah dalam penguasaan dan keterampilan yang berhubungan secara langsung bentuk-bentuk kemampuan-kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh siswa secara mutlak.
Bidang studi matematika seringkali menjadi pilihan atau salah satu mata pelajaran yang kurang disukai dan diminati siswa bahkan bisa dikatakan ditakuti oleh siswa. Bidang studi matematika yang memiliki hubungan langsung dengan keterampilan dasar berhitung ini menempati urutan pertama pada daftar mata pelajaran yang menjadi ‘hantu’ pada siswa di hampir semua lembaga pendidikan di berbagai jenjang, baik di tingkat sekolah dasar, tingkat lanjutan pertama maupun tingkat lanjutan atas.
Sebuah kenyataan yang naif dan memprihatinkan bagi kalangan pendidikan, termasuk di dalamnya guru. Namun tidak bisa dipungkiri begitu saja oleh banyak pihak yang terkait erat dengan dunia pendidikan bahwa kenyataan ini bisa saja dilatarbelakangi oleh fakta bahwa pembelajaran di tingkat dasar kurang memenuhi harapan yang diinginkan dan kurang memenuhi target ketercapaian kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga siswa merasa kesulitan mengikuti proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan siswa bersangkutan mempunyai tingkat keterampilan matematis-logis yang rendah.
Pada umumnya, siswa di sekolah dasar mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi Matematika. Kesulitan yang berkembang pada diri hampir keseluruhan siswa di tingkat sekolah dasar pada bidang stud Matematika ini yaitu kesulitan dalam menyelesaikan operasional yang berhubungan dengan keterampilan dan Matematika. Keterampilan dasar pada bidang studi Matematika meliputi : (1) operasi penjumlahan, (2) operasi pengurangan, (3) operasi perkalian, dan (4) operasi pembagian.
Kenyataan tersebut di atas, pada umumnya seringkali dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa pada bidang studi Matematika. Apabila permasalahan tersebut tidak segera diambil tindakan penanggulangan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan yang erat dan mempunyai kewenangan (policy) dalam menentukan kebijakan dan kelancaran proses pendidikan dan pembelajaran maka niscaya siswa akan menemui kesukaran dan tertinggal dalam mengikuti proses pembelajaran bidang studi matematika. Lebih-lebih, pada siswa yang memang pada dasarnya mempunyai motivasi belajar yang rendah, mereka akan putus asa dan menjaga jarak dengan proses pembelajaran bidang studi matematika. Sebuah realitas yang patut dicermati bersama.
Guru sebagai salah satu pihak yang mempunyai kewenangan (policy) dalam menentukan kebijakan pendidikan terutama dalam proses pembelajaran langsung di lapangan mempunyai tanggung jawab yang besar guna mengatasi permasalahan atau problematika ini. Hal ini berdasarkan realitas bahwa secara prinsipi bidang studi matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali untuk dikuasai siswa karena berhubungan langsung dengan salah satu aspek kecerdasan individu, dalam pengertian yang luas (Moesono, 2000:04).
Guru dituntut mempunyai kemampuan dan kreatifitas tersendiri dalam mengelola kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika. Guru pengajar matematika harus bisa melepaskan diri dari predikat ‘guru yang menakutkan’, sebuah atribut yang seringkali diberikan siswa kepada guru nengingat begitu ‘mengerikannya’ bidang studi matematika. Guru juga hendaknya mempunyai ide-ide yang kreatif, inovatif, dan tepat sasaran dalam mengelola kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnnya, baik secara profesional maupun moralitas.
Dalam upaya menuju ke arah peningkatan kemampuan dan keterampilan siswa dalam berbagai operasional matematis, guru hendaknya mengembangkan sebuah strategi pembelajaran yang mengenai sasaran, berdaya guna dan berhasil guna, serta dapat memberikan persepsi baru bahwa bidang studi matematika bukanlah mata pelajaran yang ‘menakutkan’ dan belajar matematika itu sebenarnya mudah (Suyadi, 1989:09).
Sejalan dengan kerangka berpikir seperti tersebut di atas, guru hendaknya mampu secara reflektif memberikan penyadaran (katarsis) kepada siswa bahwa pada dasarnya bidang studi matemayika –yang dalam proses pembelajarannya menitikberatkan pada pengasahan keterampilan operasional matematis-logis dengan angka-angka sebagai objek pembelajarannya– tidaklah berbeda jauh dengan bidang studi dan disiplin ilmu yang lain.
Selain melakukan kegiatan reflektif yang menekankan pada aspek penyadaran (katarsis) siswa, guru juga bisa memilah, memilih, dan mencermati metode yang tepat yang kiranya menemukan kesesuaian apabila diterapkan pada siswa dalam kelas yang menjadi tanggung jawabnya dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar (KBM), dengan merujuk pada situasi, kondisi, latar belakang, dan karakteristik siswa di kelas itu sendiri.
2.       Media Gambar Sebagai Alat Peraga
Keterampilan berhitung siswa merupakan salah satu bentuk keterampilan dasar yang menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika. Tingkat keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika tersebut memiliki pengaruh yang besar pada prestasi belajar siswa.
Suatu kegiatan belajar mengajar (KBM) yang sering menemui kendala dan hambatan yang dapat berkembang menjadi sebuah problematika pembelajaran yang besar dapat mempengaruhi tingkat ketercapaian prestasi belajar siswa pasca proses pembelajaran. Upaya-upaya untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar (KBM) yang baik berimplementasi langsung pada upacar secara terus menerus dan menyeluruh pada peningkatan prestasi belajar siswa.
Peningkatan prestasi belajar siswa; merupakan sebuah usaha yang dilakukan antara beberapa pihak yang terkait dalam pengembangan dan pengelolaan pendidikan, seperti guru, orang tua siswa (wali murid), dan pihak-pihak yang lainnya (Suryaman, 1990:12).
Dalam proses pembelajaran bidang studi matematika, dikenal beragam teknik pendekatan, strategi pembelajaran, dan model pembelajaran yang tepat sasaran, berdaya guna, dan berhasil guna yang bisa diterapkan secara aplikatif kepada siswa di kelas guna pencapaian target pembelajaran seperti yang diinginkan dan diharapkan oleh berbagai pihak.
Berbagai metode pendekatan, strategi pembelajaran maupuj model pengajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika masing-masing memiliki pernik dan relung sendiri-sendiri, dan masing-masing memiliki kelebihan serta kekurangan dan karakteristik yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas tertentu namun masing-masing memiliki satu tujuan yang sama yakni memperlancar proses kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika dan meningkatkan prestasi belajar siswa pasca kegiatan belajar mengajar (LBM) bidang studi matematika.
Penggunaan media gambar sebagai alat peraga memiliki pengertian yang mendasar. Pada kegiatan ini, guru mengupayakan sebuah optimalisasi alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika sebagai media pendukung kegiatan belajar mengajar (KBM) itu sendiri secara kontributif, tepat sasaran, berdaya guna dan berhasil guna. Media gambar ditempatkan sebagai alat peraga yang dapat membantu siswa untuk mengaktualisasikan diri lebih jauh dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada target capaian peningkatan kemampuan penyelesaian operasional penjumlahan pada siswa di sekolah dasar, secara memadai.
Peningkatan kemampuan operasional penjumlahan ini secara implementatif akan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam ruang lingkup yang lebih besar. Kegiatan peningkatan prestasi belajar siswa tidak bisa dibebankan pada satu pihak semata. Usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan prestasi belajar siswa hendaknya dilakukan secara bersama, koordinatif, dan berkesinambungan. Hal ini akan mengurangi kemunculan kendala dan hambatan yang dapat berkembang menjadi problematika tersendiri, yang dapat menyulitkan dan menyurutkan usaha untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Prianto (1995:23) dalam makalahnya yang berjudul “Media Pembelajaran, Suatu Model Penunjang Prestasi Siswa” yang dibacakannya dalam Seminar Sehari Peran Media Belajar: Aplikasi dan Kreatifitas Guru mengatakan bahwa usaha guna meningkatkan hasil prestasi belajar siswa seringkali berhadapan dengan kendala atau hambatan bahwa:
(i) guru ataupun jajaran pengelola pendidikan di sekolah cenderung apatis dan tidak melakukan upaya-upaya konkret untuk keluar dari realitas ini;
(ii) lingkungan masyarakat atau keluarga siswa juga relatif kurang memberikan dukungan dalam proses pembelajaran; dan
(iii) minimnya fasilitas yang bisa mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi Matematika.
Selain berhadapan dengan faktor guru dan lingkungan yang melatarbelakangi siswa yang kurang memberikan dukungan serta minimnya fasilitas pendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM). Usaha meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika juga berhadapan dengan faktor siswa itu sendiri. Rendahnya motivasi belajar pada siswa di sekolah dasar menciptakan permasalahan tersendiri yang membuat banyak pihak, terutama guru sebagai institusi pertama yang berhadapan langsung dengan situasi dan kondisi tersebut.
Guru dituntut untuk bekerja keras mengupayakan solusi guna mengatasi permasalahan atau problematika tersebut. Rendahnya motivasi belajar pada siswa menuntut untuk segera disikapi dan dicarikan sebuah jalan keluar. Karena, jika situasi dan kondisi ini dibiarkan berlarut-larut maka tidak hanya siswa itu sendiri yang nantinya merugi karena tertinggal dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) dan diikuti dengan penurunan hasil prestasi belajarnya. Tentu saja penurunan prestasi belajar ini secara nyata dapat diamati dan dicermati pada kemampuan dan keterampilan siswa dalam mengaplikasikan materi pembelajaran yang seharusnya mampu dikuasainya pada kegiatan sehari-hari, baik di lingkungan pembelajaran di sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Salah satu langkah kongkret yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan media gambar sebagai alat peraga dalam mendukung kelancaran dan keberhasilan kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika pda siswa kelas I sekolah dasar. Penggunaan media gambar sebagai alat peraga dalam menunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi matematika diasumsikan mampu untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan dan problematika yang dihadapi oleh banyak pihak yang terkait dengan dunia pendidikan –khususnya pendidikan di tingkat dasar– yakni meningkatkan keterampilan berhitung perkalian siswa, terutama pada siswa di kelas I sekolah dasar.
Kecerdasan yang ada pada manusia dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk kecerdasan, yang mana antara satu bentuk kecerdasan dengan bentuk kecerdasan yang lain mempunyai hubungan dan keterkaitan yang sangat erat dan kompleks. Ada delapan bentuk kecerdasan yang biasa disebut sebagai kecerdasan majemuk. Kecerdasan ini berfungsi secara bersamaan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap individu. Beberapa individu mempunyai tingkatan yang tinggi pada semua atau hampir semua aspek kecerdasan tersebut. Tetapi ada sebagian individu yang lain, mempunyai kekurangan dalam semua aspek kecerdasan, kecuali aspek-aspek kecerdasan yang bersifat mendasar. Secara global, manusia di antara dua kutub ini, sangat berkembang dalam kecerdasan tertentu, dan agar terbelakang dalam aspek kecerdasan lainnya.
Lebih lanjut, Gardner dan Amstrong (dalam Akbar, 2002:88) mengatakan bahwa ada delapan kecerdasan yang dimiliki setiap manusia yang disebut sebagai multiple intellegences (kecerdasan majemuk), yang meliputi :
(i) kecerdasan linguistik; kemampuan menggunakan kosakata dalam kalimat yang efektif baik lisan maupun tertulis;
(ii) kecerdasan matematis-logis; kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar;
(iii) kecerdasan spasial; kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual-spasial, dan mengorientasikan diri secara matrik spasial;
(iv) kecerdasan kinetis-jasmani; keahlian menggunakan seluruh tubh untuk mengekspresikan ide dan perasaan, keterampilan menggunakan tangan untuk menciptakan dan mengubah sesuatu;
(v) kecerdasan musikal; kemampuan menangani bentuk-bentuk musikalk dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikannya;
(vi) kecerdasan interpersonal; kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati; maksud; motivasi; serta perasaan orang lain;
(vii) kecerdasan intrapersonal; kemampuan memahami diri secara akurat, kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, temperamen, dan keinginan, serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri secara proporsional.
(viii) Kecerdasan naturalis; kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap fenomena alam lain-lainnya.
Bentuk-bentuk kecerdasan ini dapat menjalankan fungsi dan kegunaannya secara bersamaan dengan cara yang berbeda-beda pada diri setiap individu. Ada individu mempunyai tingkatan yang sangat tinggi pada semua atau hampir semua aspek kecerdasan tersebut. Tetapi ada juga sebagian kecil individu yang lain, mempunyai kekurangan dalam semua aspek kecerdasan, kecuali aspek-aspek kecerdasan yang bersifat mendasar. Pada dasarnya, manusia di dalam kegiatannya sehari-hari, baik dalam bertindak maupun berpikir terperangkap di antara dua kutub ini, di sisi lain sangat berkembang dalam kecerdasan tertentu, tetapi terkadang di lain pihak agak terbelakang dalam aspek kecerdasan lainnya.
Kecerdasan matematis-logis merupakan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar dan tepat. Kemampuan ini menempati posisi kedua setelah kecerdasan linguistik, hal ini menunjukkan bahwa setelah aktivitas berkomunikasi yang mempergunakan bahasa maka yang diperlukan dalam hidup dan berkehidupan adalah kemampuan mempergunakan logika dalam memfungsikan penggunaan angka-angka sebagaimana mestinya. Kecerdasan matematis ini meliputi empat keterampilan dasar yang mencakup (i) operasional penjumlahan, (ii) operasional pengurangan, (iii) operasional perkalian, (iv) operasional pembagian.
3.       Indikasi Keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar
Indikator tingkat keberhasilan yang menunjukkan berhasil atau tidaknya kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi Matematika yang menargetkan pada peningkatan keterampilan operasional penjumlahan siswa dengan menggunakan media gambar sebagai alat peraga adalah sebagai berikut :
(1) Peningkatan kemampuan pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran siswa
Peningkatan kemampuan operasional penjumlahan siswa secara kualitas terlihat dalam kemampuan melakukan penyelesaian operasi penjumlahan dengan cepat dan tepat pada proses pembelajaran bidang studi Matematika. Tingkat kemampuan dan keterampilan siswa dalam melakukan aktivitas operasional penjumlahan relatif memudahkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran ini memberikan gambaran yang kongkret pada peningkatan prestasi belajar siswa dalam bidang studi matematika.
(2) Tingkat efisiensi kegiatan belajar mengajar (KBM)
Efisiensi proses interaksi antara siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) bidang studi Matematika yang berpusat pada keterampilan operasional penjumlahan siswa yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi interaksi pembelajaran dalam bidang studi matematika itu sendiri.


                     















DAFTAR PUSTAKA

Akbar. 2001. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Grasindo.
Bahari, Abdullah dkk. 2000. Metode Belajar Anak Kreatif. Bandung: Dwi Pasha Press.
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004: Standar Kompetensi Bidang Studi Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta: Puskur, Balitbang, Depdiknas.
Markus, Alim. 1998. Manajemen Pendidikan Sekolah Terbuka: Representasi Sistem Pendidikan De-Birokratisasi. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Moesono, Djoko. 2000. Mari Berhitung, Belajar Matematika dengan Mudah. Jakarta: Pustaka Jaya Press.
Prianto, Ahmad Joko. 1995. Media Pembelajaran, Suatu Model Penunjang Prestasi Siswa. Dibacakan dalam Seminar Sehari Peran Media Belajar: Aplikasi dan Kreatifitas Guru tanggal 02 Agustus 1995 di Malang.
Rahman, Arief. 2000. Sistem Pendidikan Indonesia: Potret Realitas Manajemen yang Mengambang. Yogyakarta: Lentera.
Sukoco, Padmo. 2002. Penelitian Kualitatif: Metodologi, Aplikasi, dan Evaluasi. Jakarta: Gunung Agung.
Surakhmad, Iwanurrif. 1990. Mengembangkan Pendidikan di Lingkungan Keluarga. Yogyakarta: Yayasan Obor.
Suriah, N. 2003. Penelitian Tindakan. Malang: Bayu Media Publishing.
Suryaman, Maman. 1990. Kerangka Acuan Peningkatan Prestasi Belajar Siswa. Bandung: Aksara.
Wibawa, B. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dirjen Dikdasmen Direktorat Tenaga Kependidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar