papanoyt:: ayo pilih content yang ada di bawah ini di jamin gak nyesel..

Minggu, 10 April 2011

KEBUTUHAN SISWA KELAS RENDAH YANG BERKAITAN DENGAN MEDIA PEMBELAJARAN IPS


Proses belajar mengajar pada hakekatnya merupakan proses komunikasi, yaitu proses menyampaikan pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan melalui media tertentu. Proses komunikasi di sini bukan dalam pengertian proses komunikasi searah melainkan proses komunikasi dua arah dalam bentuk interaksi edukatif antara guru dan siswa. Salah satu masalah yang timbul dalam bidang pendidikan khususnya dalam belajar mengajar adalah masalah verbalisme, yaitu anak dapat menghafal dan mengucapkan kata-kata tetapi tidak memahami artinya. Hal ini disebabkan karena guru dalam menyampaikan bahan pelajaran hanya menggunakan bahasa lisan atau tulisan tanpa disertai alat pendukung yang lebih konkret yang dapat memperjelas materi yang disampaikan oleh guru. Untuk memperjelas keterangan tentunya tidak hanya dengan kata-kata saja tetapi memerlukan alat bantu yang biasa disebut alat peraga. Dengan alat perada diharapkan akan mempermudah siswa dalam meneriman dan memahami bahan pelajaran serta dapat mewujudkan dalam bentuk yang lebih konkret dan dapat diterima oleh berbagai alat indera. Sebab dari sekian banyak siswa dengan perbedaaannya masing-masing akan mengamati bahan pelajaran yang sama. Dari berbagai komponen yang ada di dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, guru-guru di SD seharusnya berupaya melaksanakan strategi pembelajaran yang lebih menekankan kompetensi individual. Pembuatan media pembelajaran, penerapan metode dan pendekatan yang memungkinkan peserta didik dapat berkembang dengan optimal.  Media merupakan komponen yang vital dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Hasil penelitian psikologi pembelajaran yang dilaporkan Direktorat Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1991 menunjukkan hasil belajar seseorang 1% adalah diperoleh dari indera perasa (testa), 1,5 % dari indera peraba (touch), 3,5 % dari indre penciuman (smell), 11% dari indera pendengar (hearing), dan 83 % dari indera penglihatan (insight). (Husni, 2004 : 43).  Lebih lanjut Magnesen dalam Gordon Dryden dan Jeannette Vos mengemukakan bahwa seorang individu belajar 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. (Magnesen dalam Gordon Dryden dan Jeannette Vos, 2002 : 100).  Betapa pentingnya sebuah media dalam pembelajaran. Visualisasi atau model alat peraga mampu meningkatkan tingkat pemahaman peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran. Kemampuan mengingat semakin tinggi ketika siswa dapat melakukan dan mengatakannya sendiri tentang materi yang dipelajari. Visualisasi yang dilakukan oleh guru dapat berupa media konvensional yang masih menggunakan teknologi tradisional maupun melalui media berbasis komputer. Media yang masih termasuk konvensional antara lain visualisasi melalui gambar charta, skema, diagram, kartu dan transparansi.

Namun demikian minat belajar secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi anak yang timbul dari dalam dirinya sendiri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor  yang mempengaruhi anak yang berasal dari keluarga, lingkungan sekitar, teman sepermainan, ataupun media yang ada di sekitar anak. Adapun yang paling dominan yang mempengaruhi anak adalah faktor intenal Karena pada dasarnya anak tidak akan terpengaruh dengan situasi apapun jika minat untuk belajar tinggi. Tetapi sebaliknya karena minat internalnya rendah, pengaruh kecil saja dari lingkungan akan mempengaruhi minat anak dalam belajar. Akibatnya sedikit atau banyak akan mempengaruhi prestasi belajar anak di sekolah.
Media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajarannya (Hamalik, 1985 : 23).
Sebagai sumber pembelajaran IPS, media pendidikan diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran IPS. Diversifikasi aplikasi media atau multi media, sangat direkomendasikan dalam proses pembelajaran IPS, misalnya melalui : pengalaman langsung siswa di lingkungan masyarakat; dramatisasi; pameran dan kumpulan benda-benda; televisi dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin, folder, pamflet dan karikatur; perpustakaan, learning resources, laboratorium IPS; serta ceramah, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-27; Mulyono, 1980 : 10-12).
Media massa dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran IPS, karena media massa pada hakekatnya merupakan representasi audio-visual masyarakat itu sendiri. Sehingga fenemona faktual yang terjadi di masyarakat, dapat secara langsung (live) diliput dan ditayangkan media massa (melalui siaran televisi atau radio, misalnya). Pemanfaatan media massa artinya penggunaan berbagai bentuk media massa, baik cetak maupun elektronik untuk tujuan tertentu-yang dalam kajian ini disebut sebagai sumber pembelajaran IPS.

Guru dapat memanfaatkan atau memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS secara optimal dan efektif sehingga dapat menunjang keberhasilan pembelajaran IPS melalui tiga cara, yaitu :
1. media massa dapat memperbaiki bagian konten dari kurikulum IPS;
2. media massa dapat dijadikan alat pembelajaran yang penting bagi IPS; dan
3. media massa dapat digunakan untuk menolong siswa mempelajari metodologi ilmu-ilmu sosial,
khususnya di dalam menentukan dan menginterpretasi fakta-fakta sosial.(Clark, 1965 : 46-54).
Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa sebagai sumber pembelajaran IPS di tingkat persekolahan, maka menurut Rakhmat (1985 : 216-258), terdapat paling tidak empat buah efek pemanfatan media massa, yaitu :

1. Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara fisik;
2. Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi siswa;
3. Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci siswa; dan
4. Efek behavioral, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.
Media adalah sarana untuk mendekatkan siswa dengan sumber belajar melalui penggunaan metode yang relevan. Dalam rangka mengembangkan aspek sosial siswa maka media pembelajaran IPS menjadi suatu hal yang mutlak digunakan dalam setiap pembelajaran. Terdapat beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam membelajarkan IPS yaitu :
1. Media gambar, berupa foto obyek, sketsa gambar, peta dan denah yang berhubungan dengan materi pembelajaran IPS.
2. Media multimedia yang menampilkan suara dan gambar bergerak yang berhubungan dengan pembelajaran IPS
3. Media kokrit yaitu suasana lingkungan sosial yang nyata yang berhubungan dengan pembelajaran IPS.
Dari beberapa jenis media tersebut media gambar dan multimedia dapat dapat ditayangkan dengan baik melalui kemampuan sarana elektronik untuk mengolah dan menampilkan gambar. Contohnya adalah VCD/DVD dan monitor TV, OHP, LCD dan perangkat komputer. Kemampuannya yang baik dalam menampilkan efek visual akan dapat membantu guru dalam mendekatkan siswa kepada materi yang dibelajarkan. Sehingga harapan guru untuk menciptakan suasana belajar yang bermakna akan tercapai.
Secara teknis semua jenis pembelajaran dapat diusahakan menggunakan media elektronik sehingga segala suasana dan bentuk obyek apapun dapat dimanipulasi untuk ditampilkan melalui media elektronik tersebut. Apalagi dengan adanya sarana internet yang dapat diakses kapan saja dari atas meja di dalam kamar sehingga akan membuat siswa dapat belajar dari dalam kamar. Mereka dapat belajar apapun dari dalam kamar. Bahkan mereka kelak jika sudah fasih dapat menghasilkan uang dari hanya berhadapan dengan perangkat komputer yang online. Dampak yang kemudian timbul akibat dari keadaan itu adalah siswa yang hanya bergaul dengan temannya hanya dari dalam kamar. Demikian juga dengan menggunaan media elektronik dapat menyebabkan ketergantungan guru yang begitu besar dengan ketersediaan perangkat tersebut. Sehingga akan mengakibatkan pemborosan sumber dana.
Secara efektifitas media elektronik adalah sangat baik digunakan dalam pembelajaran IPS. Akan tetapi secara prinsip media elektronik berpotensi menjauhkan siswa dari aspek hakekat hidupnya sebagai mahluk sosial. Secara nyata mahluk sosial adalah mahluk yang dapat berinteraksi dengan jenisnya secara langsung. Dengan hadirnya media elektronik seolah terjadi pembatasan.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam pembelajaran IPS hendaknya guru berusaha menyeimbangkan penggunaan media elektronik yang bersifat instan dengan media sosial lainnya yang konkrit. Sehingga siswa dapat mengembangkan aspek EQ dengan baik yang manfaatnya kelak akan berguna bagi siswa dalam kegiatan bersosialisasi di masyarakat. Sebab dengan bersosialisasi mereka akan tahu apa sesungguhnya makna hidup. Karna hidup bukan hanya dalam rangka memenuhi kebutuhan materi akan tetapi mendapat pengakuan sosial berupa aktualisasi diri sebagai suatu kebutuhan manusia yang paling tinggi seperti yang digambarkan dalam piramid kebutuhan ala Maslow.

KESIMPULAN
Siswa sebagai pebelajar membutuhkan layanan pendidikan yang utuh baik dari segi IQ, SQ dan EQ. Sehingga pada pembelajaran IPS di SD harus memperhatikan siswa sebagai bagian dari kapasitasnya sebagai mahluk individu, mahluk sosial dan mahluk Tuhan. Pengembangan media pembelajaran IPS hendaknya sedapat mungkin mempertimbangkan hal-hal tersebut.
Media pembelajaran IPS dapat dibedakan atas media gambar, media multimedia dan media konkrit. Penggunaan media multimedia memiliki keunggulan secara teknis jika dipandang dari kemampuannya untuk mengolah data dan menampilkan gambar. Sehingga menyebabkan ketertarikan para guru untuk menggunakan media elektronik multimedia karna fungsinya yang sangat banyak. Media pembelajaran elektronik bukan hanya satu-satunya media yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPS SD. Untuk lebih mengedepankan aspek EQ pada siswa maka keseimbangan penggunaan media elektronik dan media konkrit adalah tindakan tepat dalam mewujudkan harapan guru agar siswanya kelak dapat bersosialisasi diri gunr mencari aktualisasi diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar